Decrease to Increase (2)

Sabtu, 24 November 2012


Hidup terus berjalan seiring waktu. Waktu membuat kita menua tanpa sadar. Tanpa sadar pula sisa hidup ini berkurang terus menerus. Apa yang diperbuat dirasa masih terasa jauh dari kata cukup, baik itu cukup iman, ilmu, dan amal. Akan tetapi dalam proses belajar, semakin banyak belajar seharusnya semakin membuat kita merasa kecil di hadapan Sang Khalik Allah subhanallah Wa Ta’ala. 
Melalui belajar, kita jadi lebih memahami arti kehidupan. Lebih memahami apa yang harus dikurangi dan apa yang harus ditambah untuk bekal di akhirat. Dalam serangkaian kehidupan di masa lalu, saya dapati hal-hal yang jauh dari kebaikan.  Padahal seharusnya, jika iman yang tertancap sangat dalam, keimanannya itu dapat direalisasikan dengan mena’ati perintahNya dan menjauhi larangNya. 
Ada beberapa hal yang menjadi renungan bagi saya untuk mencari hal-hal “decrease to increase” lainnya. Seperti biasanya, saya membaca tulisan dari media islam. Kemudian terinspirasi dari tulisan voa-islam.com dengan judul Every Minute My Facebook Has Update . Dari tulisan tersebut disimpulkan bahwa jangan samapai terlalu menyibukkan diri dengan facebook. Kalaupun ketika menggunakan facebook bukanlah menjadikannya sarana menebar maksiat dan mudharat. 
Hal-hal yang patut direnungi, khususnya saya sendiri akan saya uraikan satu per satu. 
Pertama, tidak menyibukkan diri dengan update status. Tidak menyibukkan diri disini bermakna lebih dari satu. Yang pertama adalah tidak mempublikasikan semua kegiatan yang dilakukan ke facebook. Yang kedua adalah tidak menghabiskan banyak  waktu untuk selalu update status di FB.  Kenapa bisa begitu ya? Bingung? Yuk dilihat dampaknya ya. Tidak semua kegiatan yang kita lakukan dipulikasikan ke facebook atau diumbar-umbar ke khalayak umum. Selain itu, secara sadar ataupun tidak, membiasakan diri menjadi orang yang riya, sum’ah dan lain-lain dimana kegiatan yang dilakukan ingin dikomentari, ingin diketahui oleh orang banyak. 
Kedua, facebook menjadi celah bagi kemaksiatan dan kemudharatan. Celah untuk menjadi orang yang riya, sum’ah, mencela, candaan yang berlebihan, perkataan yang sia-sia dan mudharat lainnya. 
Ketiga, menjauhkan diri dari menuntut ilmu. Seperti yang tertulis dalam tulisan voa-islam.com tersebut, berlama-lama dengan facebook akan mengurangi waktu kita untuk menuntut ilmu. Padahal menuntut ilmu lebih baik. 
Keempat, menjadi kegiatan yang sia-sia. Sia-sia? Kok bisa ya? Melihat point pertama, menyibukkan diri dengan facebook dimana semua kegiatan dipublikasikan. Penulisan kalimat yang cenderung mengeluh dan juga tulisan yang tidak bermakna ataupun bermanfaat. Padahal kita sebagai pemuda harus tangguh. Berkomentar dnegan orang lain yang sifatnya tidak penting akan menjadi sia-sia. 
Mungkin hanya 4 yang bisa disampaikan dalam tulisan ini dan mudah-mudahan bisa direnungi untuk perbaikan hidup kita di masa depan.  Jadi ke depannya mudah-mudahan kita bisa mempergunakan facebook dengan lebih baik lagi yaitu sebagai sarana penyebar nilai-nilai kebaikan, khususnya perbaikan diri saya. 
Tulisan ini adalah bentuk respon saya sendiri melihat fenomena yang sedang banyak terjadi saat ini. Dan sebenarnya saya pun telah menjadi salah satu korbannya. Untuk itu, tulisan ini sebenarnya sebagai renungan bagi saya pribadi. Namun, jika ada orang lain yang turut membaca dan ternyata dapat memberikan dampak positif, saya ucapkan Alhamdulillah. 
Pamulang, 14 Maret 2012

Decrease to Increase (1)


Tahun 2011 merupakan tahun yang berbeda dari tahun yang sebelumnya. Tahun yang memberikan makna cinta yang berbeda dari yang biasanya. Tahun yang memberikan inspirasi. Apa yang telah ku dapati selama setahun terakhir ini ? 
Sebelumnya apa yang menjadi misi saya di tahun 2011 adalah menjadi pribadi yang mandiri, yang punya kemauan keras berusaha dengan revolusi aksi secara istiqomah atau diringkas menjadi MIRACLE (mission of independent person with revolution action, continuity and liable effort)
Terdapat target yang saya itu :
  • bisa magang
  • belajar bahasa Arab
  • Bisa mengendarai motor
  • punya SIM
  • PKMK Lolos
  • Liburan ke luar kota
  • IP Semester minimal 3,5
Alhamdulillah dari beberapa target di atas yang tercapai itu bisa magang, belajar bahasa Arab, mengendarai motor, dan bisa liburan keluar kota. Target-target di atas sebagian besar berdifat keduniawian. 
Bingung dengan cerita di atas? Maksud saya adalah cerita di atas masih seputar hal-hal yang terkait dunia saja. Revolution yang saya maksud malah tidak mengena di hati saya. Lalu apa kaitannya dengan judul postingan ini “Decrease to Increase”. Baiklah kembali tentang What the revolution Action Is? sebelum nanti pada akhirnya mengerti makna “Decrease to Increase” tersebut.
Apa yang saya dapatkan di tahun 2011 adalah bersyukur bahwa saya melakukan apa yang disebut revolution action. Walaupun masih belajar. Pada awalnya, saya hanya mendengarkan kajian yang hanya masuk dari telinga kanan kemudian keluar dari telinga kiri a.k.a cuman lewat doang. Namun, di pertengahan tahun dimana ketika itu saya berulang tahun, saya merasa sangat senang mendapatkan seorang teman yang seiya sekata walaupun kemudian kandas karena pertemanan yang di luar batas kewajaran secara islam. Saya juga mendapat kabar mengenai salah satu keluarga yang mengidap penyakit yang sangat serius. Dan beberapa yang tak perlu saya sebutkan rinciannya. Kompleks memang, ya tapi itu harus saya lewati dengan lapang dada, meskipun awalnya menyalahkan faktor eksternal. Mau bicara dengan siapa? Orang lain tidak mengerti apa-apa. 1 orang teman yang saya kira seiya sekata pun ingin menjaga jarak. 3 orang lainnya tetap mendukung saya untuk move on. Keadaan terpuruk ini, saya memutuskan untuk ikut kajian yang diadakan di masjid dekat rumah. Kebetulan ibu sebagai pengurus ta’lim di masjid tersebut. Kajian yang disampaikan langsung mengena di hati karena sesuai dengan apa yang saya rasakan saat itu. Saya perlu dorongan, motivasi, dan semangat yang luar biasa. Disini, saya belajar bahwa Allah masih sayang padaku. Saya masih diberi kesempatan untuk bertobat. 
Secara perlahan saya merubah diri untuk menjadi seorang muslimah yang ibadahnya diridhoi oleh Allah. Impian saya berubah menjadi seorang wanita sholehah yang menempati surgaNya. Jangan dikira untuk menjadi berubah adalah perkara yang mudah. Perubahan saya awali dengan membenahikan diri mengenakan pakaian yang lebih tertutup, lebih panjang mengulurkan pakaian dari sebelumnya. Hijab yang saya kenakan lebih panjang. Hijab yang syar’i saya coba kenakan mulai dari tempat ta’lim, pasar, kampus, dan juga tempat magang. 
Secara perlahan saya menghindari mendengarkan musik dan nyanyian. Saya mulai dengan menghapus lagu-lagu yang saya koleksi, baik itu di hp, laptop.  Saya mengganti dengan nasyid yang berupa seruan (bukan nasyid islami seperti kebanyakan). 
Secara perlahan saya mengurangi intensitas menonton TV yang berisi program serial drama, infotainment, dan parodi. Korean drama pun lewat. Saya mulai dengan menonton berita di TV saja. 
Secara perlahan, saya harus menguasai emosi yang ada dalam diri. Saya termasuk orang yang cukup keras kepala. Lisan saya pun harus dikontrol supaya tidak ada pihak yang tersakiti. Itulah bagian tersulit. Karena ucapan saya sering tajam dan langsung tertuju pada objek yang dibicarakan. Saya tidak suka bertele-tele. 
Maka dari itu, proses belajar ini harus terus dilakukan agar kerasnya hati dan kepala mampu membuat saya terus introspeksi diri. Jangan menganggap apa yang saya ceritakan menjadi sebuah parameter yang dikatakan sudah baik. Karena saya merasa masih jauh dari kebenaran. Saya masih perlu banyak belajar dari lingkungan. Tulisan ini juga sebagai peringatan bagi saya untuk tidak kembali ke masa lalu yang kelam dan jahiliyah. Itulah mengapa saat ini saya sedang belajar untuk mengurangi sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah dengan meningkatkan ibadah dan hal-hal yang diridhoi oleh Allah. Decrease to Increase. Revolusi baru saja dimulai dan semoga terus memperbaiki diri.
(bersambung……….)

Semangat Menghafal Al Qur'an

Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam yang telah menyampaikan kalamullah melalui hadirnya Al Qur'an. Sebagai seorang muslim, patutlah kita mendekatkan diri kepada Allah subhanallahu wa Ta'ala. Salah satu cara pendekatan dalam mencintai Allah adalah menghafal ayat-ayat Al Qur'an. Seorang muslim harus dekat dengan Al Qur'an sebagai bentuk kecintaanya pada Allah subnallahu wa ta'ala. Kedekatan dengan Al Qur'an tercermin ketika ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda kepadaku, 
اِقْرَإِ الْقُرْآنَ فِيْ كُلِّ شَهْرٍ، قَالَ: قُلْتُ: إِنِـّيْ أَجِدُ قُوَّةً. قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِيْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً، قَالَ: قُلْتُ: إِنِـّيْ أَجِدُ قُوَّةً، قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِيْ سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ.

“Bacalah Al-Qur-an (sampai khatam) setiap bulan.” ‘Abdullah berkata, aku berkata, “Sungguh, aku mampu mengerjakan lebih dari itu.” Rasulullah bersabda, “Maka bacalah (sampai khatam) selama dua puluh hari.” ‘Abdullah berkata, aku berkata, “Sungguh, aku mampu melakukan lebih dari itu.” Rasulullah bersabda, “Jika demikian, bacalah (sampai khatam) selama tujuh hari dan jangan lebih dari itu.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5054) dan Muslim (no. 1159 (184), lafazh ini milik Muslim.]

Dari hadist di atas menjelaskan bahwa sedekat mungkin kita harus terbiasa berinteraksi dengan Al Qur'an. Pernah dijelaskan oleh Ustadzah yang membimbing saya dalam kajian Al Qur'an, beliau mengatakan "Sebelum menghafal, cintai dulu Alqur'annya". Semakin banyak bacaan yang kita baca, semakin kita cinta pada Al Qur'an dan penciptanya, maka semakin mudah pula untuk menghafal ayat-ayat pada Alqur'an. Dari ustadzah menargetkan bacaan perharinya lebih dari satu juz. Sebenarnya hal ini untuk memudahkan kita dalam melafadzkan bacaan ayat yang akan kita hafal. Selain itu, btak lupa, bacaan Al Qur'an diperbaiki, baik segi makhraj maupun tajwidnya

Selagi muda dan belum banyak hal yang dipikirkan, alangkah baiknya seorang muslim menghafal ayat Al Qur'an. Terlebih lagi bagi penuntut ilmu syar'i, sudah menjadi kelaziman untuk menghafal ayat-ayat Al Qur'an. Pokoknya ilmu syar'i berada di Al Qur'an. Ulama terdahulu banyak menghafal ayat Al Quran dan juga hadist. Semakin banyak ayat Al Qur'an yang dibaca, kemudian dihafal, maka akan semakin mudah untuk dipahami. Karena sebaik-baik manusia diantaranya yang sering berinteraksi dengan Qur'an seperti hadist Nabi berikut, Al Imam al bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari jalan Utsman bin Affan, Rasulullah bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya" 
 Walaupun disini kita masih jauh dari ilmu syar'i (masih belajar), bukan berarti menjadi hambatan untuk menghafal Al Qur'an. Sebagian teman-teman berpikir bahwa menghafal itu sulit. Sebenarnya mudah, asalkan kita sudah melakukan persiapan. Untuk dapat menghafal, niat, kemauan dan keistiqomahan yang menjadi bekal atau persiapan. Bukan dari banyaknya ayat yang dihafal. Maka dari itu, persiapan untuk menghafal diperlukan sebelum kita berupaya dalam menghafal Al Qur'an. 

Persiapan yang dapat dilakukan dalam menghafal Al Qur'an (beberapa dari sumber kajian dan muroji dari buku saku "Cara Mudah Menghafal Al Qur'an" karya M. Taqiyul Islam Qori) antara lain :
  1. Meniatkan diri ikhlas kepada Allah. 
  2. Memiliki kesungguhan yang teramat sangat. Maksudnya adalah benar-benar ingin menghafal. Jangan sampai kita berhenti di tengah perjalanan. 
  3. Menggunakan satu mushaf Al Qur'an. Hal ini untuk memudahkan dalam menghafal dan menghindari kekacauan dalam menghafal. Biasanya mushaf yang dipakai dengan format 16 baris per halaman dan terdapat ayat pojok pada akhir baris setiap halaman. 
  4. Terdapat guru/orang yang dapat membimbing atau mendengar hafalan, baik dari kefasihan lafadz dan kebenaran urutan ayat yang dihafal. 
  5. Mengulang-ulang ayat yang dihafal. Setiap satu kali waktu, diusahakan mengulang ayat yang baru hingga minimal 10 kali. Muraja'ah juga dilakukan setiap hari.
  6. Menyiapkan waktu khusus untuk menghafal. Waktu khusus ini agar kita dapat istiqomah. Misalnya, setiap selesai solat lima waktu, atau setiap selesai solat magrib, setiap pagi setelah solat subuh. 
  7. Menyiapkan diri fokus dan tenang ketika hendak menghafal. Pikiran yang tenang dan fokus terhadap bacaan ayat yang akan dihafal akan memudahkan kita menambah hafalan baru. Jika pikiran kita masih disibukkan dengan hal lain, maka akan sulit untuk menambah hafalan ayat ataupun muraja'ah ayat yang sudah dihafal. 
  8. Menghindari maksiat dan hal yang dilarang syari'at. Menghindari maksiat diantaranya tidak berkata yang sia-sia, tidak mendengarkan musik, menonton film, dan hal lain yang sia-sia ataupun sifatnya hiburan. 
  9. Mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik. 
Sebagai catatan : jumlah ayat baru tergantung dari kemampuan penghafal. Jika memang satu hari hanya bertambah hafalan satu ayat juga tidak apa-apa. Yang terpenting adalah konsisten untuk mau mengulang hafalan. Jika persiapan di atas dilakukan, kita bisa terbiasa untuk menambah hafalan setengah halaman bahkan satu halaman perharinya. Pengalaman penulis sendiri saat fokus itu bisa sampai setengah halaman. Alhamdulillah. Saat itu memang terkondisikan lingkungan yang tenang sehingga dapat fokus. 


Semoga kita selalu dipermudah dalam menggapai cintaNya. Dipermudah dalam menghafal ayat-ayatNya sebagai sarana mendekatkan diri padaNya. Allohumma faqqihna fiddin. Aaamiiin. 

Taqwa dalam Cinta

Senin, 23 Januari 2012


Apa yang lebih dahsyat dari kekuatan cinta?
Sesuatu yang dilandasi kekuatan taqwa.
Maka sebaik-baik cinta adalah yang hadir karena adanya kekuatan taqwa.
Karena cintaku padamu hadir karena Allah.
Cinta yang hadir adanya ketaqwaan pada dirimu.
Maka ketika tidak ada ketaqwaan dalam dirimu, aku tidak mencintaimu. Karena aku hanya mencintaimu karena Allah.
Jika cinta sudah hadir karena Allah, biarkanlah taqwa yang memberikan arti cinta menjadi hal yang tidak biasa.

Karena aku ingin kelak kita berjuang bersama untuk meraih SurgaNya.

Rindu yang Semu


Cinta datang pada hati.
Berbuah rindu yang melekat pada hati.
Ketika cinta berbuah rindu, sampaikan padanya yang disebut cinta sejatimu.
Rindu itu melekat, namun jika tak tersampaikan, hatimu akan tersayat.
Karena rupa rindu itu menggebu-gebu dan tak beraturan.
Ketika rindu berbalut cinta semu, kamu melukai dirimu sendiri.
Ketika rindu berbalut cinta semu, rindumu tak tersampaikan pada cintamu
Ketika rindu berbalut cinta semu, yang sekiranya baik bagimu ternyata tak baik menurut Rabbmu.
Ketika rindu berbalut cinta semu, hatimu terbelenggu.
Ketika rindu berbalut cinta semu, angan panjang mulai tercipta dan syaitan menambah nikmat angan-angan panjangmu.
Ya Rabb semesta alam. Hilangkan rindu yang sekiranya datang dari cinta semu.
Datangkan padaku cinta sejati, agar aku dapat sampaikan rasa rindu yang tak menyayat hati.

Nikmatnya Iman dalam "Isyhadu Bi Anna Muslimun"

Minggu, 01 Januari 2012


repost dari www.eramuslim.or.id , yang ditulis Sebulan yang lalu.
Inilah yang seharusnya menjadi sebuah renungan bagi tiap-tiap orang yang mengaku beriman kepadaNya dengan Islam sebagai agamanya.
Jadi pertanyaan yang mendasar adalah, bagaimana tolak ukur seseorang itu bisa dikatakan merasakan nikmatnya beriman dan berislam? Sehingga manisnya Iman dapat dirasakan, yang kemudian berpengaruh pada amal orang tersebut di dunia.
Dalam hal ini, cukuplah sabda dari nabi kita yang mulia Rasulullah Muhammad saw. Beliau bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Sabda Rasulullah saw : “Tiga hal, yang barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api” (Shahih Bukhari)
Dari hadist di atas, kita bisa melihat ada tiga hal yang harus dikerjakan oleh seseorang, hingga ia bisa merasakab manisnya Iman.
Pertama, Mencintai Allah dan rasulNya melebihi apa yang ia cintai dari keduanya. ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada Allah dan RasulNya daripada mementingkan kesenangan dan kemegahan dunia, seperti bersenang-senang dengan keluarga, lebih senang tinggal di rumah ketimbang merespon seruan dakwah dan asyik dengan bisnisnya tanpa ada kontribusi sedikitpun terhadap kegiatan dakwah di jalan Allah swt.
Sebagaimana firman Allah dalam surat at Taubah:
“Katakanlah: “Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [TQS At Taubah : 24]
Bila seseorang senantiasa mengutamakan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya, daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahirlah sikap ridha terhadap Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai din-nya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Keridhaannya itu dibuktikan dengan selalu menghadiri halaqahnya, terlibat dengan kegiatan dakwah di lingkungannya dan menginfakkan sebagian harta dan waktunya untuk kemaslahatan tegaknya agama Allah swt.
Apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridha terhadap Allah, agama dan Rasulnya?
Pertama, Ia akan merasakan “Istildzadz at-Thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah swt., baik dalam shalatnya, tilawah Qur’annya, pakaian dan pergaulan islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah.
Kedua, Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya Iman.
Ketiga, mencintai seseorang karena Allah, bukan sebab yang lain. Imam an Nawawi seorang ‘ulama dari Madzhab Iman syafe’I pernah berkata
“Aku mencintaimu karena agama yang ada pada dirimu….. Jika kau hilangkan agama dalam dirimu….. Hilanglah cintaku padamu”
Tentu apa yang beliau ucapkan tersebut merupakan sesuatu yang menunjukan bahwa sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan RasulNya, maka baik apa yang dia cintai dan apa yang dia benci, bermuara kepada standar keridhaan dan kebencian oleh Allah swt dan rasulNya. Bukan karena sebab nafsu syahwat yang lebih condong kepada kesenangan dunia semata.
Dia mencintai pasangan dia baik sebagai suami ataupun isteri murni karena agama yang dia lihat pada pasangannya tersebut, bukan faktor yang lain, baik harta, bentuk fisik ataupun nashabnya.
Rasulullah saw bersabda :
“Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung.” [Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi dalam kitabnya dari sahabat Abu Hurairah ra].
Dalam hal memilih seorang untuk menjadi teman pun ia akan memilih karena agama yang ada pada diri orang tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” [Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]
Seorang muslim/muslimah haruslah yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalih/shalihah) memiliki pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalih/shalihah adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat.
Maka dalam pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalih/shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan orang-orang shalih/shalihah akan menjadikannya sebagai teman yang selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. Maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah laku.
Seperti ungkapan: “Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya”.
Bertolak dari sinilah maka seorang muslim/muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman, juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk memilih teman yang baik (shalih/shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek.
Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً 
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih/shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”.(Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
Keempat, benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api. Dalam kehidupan di dunia ini, seseorang terkadang melakukan sesuatu yang itu melanggar ketentuan syariah, tentu ada yang di lakukan secara sengaja dan terang-terangan ataupun secara sembunyi, namun ada juga yang dilakukan karena khilaf ataupun keterpaksaan. Ada nasehat yang paling baik bagi seseorang, tatkala orang tersebut meminta untuk diberikan sebuah nasehat. Yaitu kematian. Kematian adalah nasehat terbaik. Sedikit saja kita lengah dari pemikiran kematian,maka kita kehilangan guru terbaik dalam hidup.
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)
Di kehidupan dunia ini, kenikmatan dan kelezatan dunia sungguh bisa memalingkan manusia dari tujuan hidup sebenarnya. Oleh karenanya, dengan sering-sering mengingat akan mati, maka ia akan bisa terus melakukan introspeksi dirinya, sehingga tidak terus larut pada kelezatan yang fana ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan’, yaitu kematian. (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albaniy dalam Shahih An Nasa’iy 2/393 berkata : “hadits hasan shahih”)
Oleh karena itu, Isyhadu Bi Anna Muslimun” bukan hanya sebatas ucapan dalam pengakuan.namun juga terlihat dari setiap aktivitasnya. Dan tentu harus sama-sama merasakan di dalam diri masing-masing, apakah nikmat Iman dan nikmat Islam serta kelezatan kenikmatannya tersebut sudah ataukah belum sama sekali kita rasakan. Karena sekali lagi kalimat “Isyhadu Bi Anna Muslimun” bukan hanya sebatas ucapan dalam pengakuan.
Wallahu A’lam bis showab.
Dari tulisan di atas, menginspirasi kita agar kita selalu merenungkan diri kita. Apakah selama ini keimanan kita hanya sampai pada ucapan saja, Apakah sudah melekat di hati, lisan dan perbuatan? Mudah-mudahan kita termasuk orang mukmin yang sejati, yaitu yang ikhlas dan ittiba’ dalam menjalankan ibadah. 
Amin ya Rabbal ‘Alamin

Teruntuk yang Sempat Kurindu

Sabtu, 31 Desember 2011


Allah menganugerahkan rasa cinta. Namun, aku tidak pandai bersyukur menghargai cinta. Aku menzalimi diri sendiri dari hadirnya cinta. Lalu apa makna cinta bagiku? Kudapati cinta pada seorang manusia yang ternyata aku masih belum pantas untuk mencintai. Terima kasih cinta yang sempat kurindu tentang kehadiranmu.
Dulu kita sering bercakap, bercanda, berbagi pikiran, dan berbagi mimpi. Aku yang memberikan motivasi. Aku yang siap mendukung atas apa yang ingin kamu inginkan jika itu memang itu baik untukmu. Aku pun yang termotivasi dalam belajar bagaikan mood booster yang memenuhi hariku. Hari-hariku dipenuhi keceriaan. Semakin hari semakin sering berinteraksi. Aku yang mulai terbiasa dengan kebiasaanmu, dan sebaliknya. Saat di hari istimewaku, kamu yang memberikan ucapan yang cukup membuatku tertegun. Terima kasih atas ucapan yang kamu tulis. Namun, benar saja, ternyata kita harus mengakhiri pertemanan yang diluar batas ini menurut Islam. Maaf, aku tidak bisa membuat kamu menjadi lebih baik. 
Kita memang tidak seharusnya bersama dalam waktu lama jika tidak diikatkan dengan tali pernikahan. Apakah melalui berkhalwat. Bercakap yang tidak berguna, sekalipun lewat dunia maya dan jarak memisahkan. Mengumbar perhatian yang melebihi batas. Rasa yang bergejolak hingga lupa pada hakikat kehidupan di dunia. Ternyata itu dilarang dalam Islam. Itu masih termasuk kesalahan terbesar. Kita tidak bisa bersama sebelum menjadi halal di mata Allah. Aku tidak mau menaruh benih fitnah yang lebih banyak lagi. 
Namun, dari peristiwa ini aku belajar darimu. Terima kasih telah membuatku sadar akan banyak hal yang terlupa di dalam hidupku. Meskipun di awal, aku masih belum mengerti makna cinta yang seharusnya ada pada diri seorang muslim. 
Teruntuk yang sempat kurindu, aku tidak ingin merindukanmu di masa mendatang. Keinginan merindu pun tidak diridhoi oleh Allah hingga memang dijadikan oleh Allah halal oleh sebuah ikatan yang halal karena merindukanmu pun termasuk dalam zina hati. 
Teruntuk yang sempat kurindu, aku ingin menempatkan cinta pada porsi yang tidak melebihi kecintaanku Pada Rabbku Allah subhanallahu wa Ta’la, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa salam, dan kedua orang tuaku. 
Teruntuk yang sempat kurindu, aku ingin kita menjaga diri masing-masing. Menjaga batas-batas pertemanan antar sesama muslim. 
Teruntuk yang sempat kurindu, aku ingin saat ini masing-masing membekali diri ke arah yang lebih baik. Memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu dan terus berusaha menjadi muslim yang kaffah. 
Teruntuk yang sempat kurindu, aku ingin menjadi muslimah sejati yang mengharapkan keridhoan Allah di setiap langkah hidupku. Maka dari itu, aku terus belajar untuk berubah ke arah yang lebih baik. Karena terdapat banyak kesalahan yang kuperbuat di masa lalu, termasuk mengenalmu lebih dalam.
Maaf, aku tidak bisa kembali ke kondisi yang dahulu. Kondisi yang tidak akan berbalik ataupun terbalik seperti di masa lalu. Ini sudah tekadku untuk tidak mencintaimu seperti di masa lalu. Masa lalu hanyalah kenangan untuk memperbaiki kehidupanku di masa mendatang. Aku takut cinta ini menjerumuskanku pada azab dari Allah. Jika Allah mengizinkan, kita akan bertemu kembali di masa mendatang pada waktu yang tepat. Namun, jika Allah tidak mengizinkan, maka sesungguhnya Allah telah menyiapkan seseorang yang baik untukmu dan juga seseorang yang baik untukku.

Cari Blog Ini

Kategori Catatan

Halaman di Catatan

About

Foto saya
wanna be red butterfly : Love Allah subhanallahu wa Ta'ala, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, family, and friends

Followers

Daftar Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.